"Peristiwa di Bulan Syaban yang Penting Diketahui, Salah Satunya Bulan Pelaporan Amal".
Di bulan Syaban ini,
ternyata ada sederet peristiwa penting dalam sejarah Islam yang wajib diketahui
umat muslim. Dalam Islam, bulan Syaban merupakan salah satu bulan mulia yang
didalamnya pasti banyak hikmah, salah satunya dengan peristiwa-peristiwa penting
tersebut. Peristiwa penting apa saja yang terjadi di bulan Syaban ini? Sayyid
Muhammad Alawy Al Maliky dalam kitab "Madza fi Sya’ban?" menyebutkan
beberapa peristiwa di bulan Syaban sebagai berikut:
1. 2.Tahwil Al-Qiblah (Perpindahan Kiblat) Pada bulan Syaban terjadi perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Kakbah. Syaikh Abu Hatim al-Busty berkata: “Orang Islam sholat menghadap ke Baitul Maqdis selama 17 bulan dan 3 hari. Demikian itu karena Rasulullah SAW tiba di Madinah pada hari Senin tanggal 12 Robi’ul Awal. Lalu Allah memerintahkan beliau menghadap Kakbah pada hari Selasa pertengahan bulan Syaban.
2. 2.Pelaporan Amal (Raf’u
Al-Amal) Di antara keistimewaan bulan Syaban adalah bulan dilaporkannya amal
perbuatan manusia. Pelaporan ini adalah pelaporan yang sifatnya lebih luas dari
pada pelaporan-pelaporan yang lain. Hal ini berdasarkan sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid: Aku mengatakan: "Wahai Rasulullah, aku
tidak pernah melihat engkau berpuasa di suatu bulan dari bulan-bulan yang ada
seperti engkau berpuasa di bulan Syaban." Beliau bersabda: "Bulan itu
banyak dilupakan oleh manusia. Ia adalah suatu bulan di antara bulan Rajab dan
Ramadhan. la adalah suatu bulan yang mana pada saat itu amal perbuatan manusia
dilaporkan kepada Allah Tuhan semesta alam. Dan aku ingin ketika amal
perbuatanku dilaporkan, aku dalam
keadaan sedang berpuasa.” (Imam Mundziri berkata: HR Imam Nasa’i).
3. Pelaporan Amal Siang dan Malam Hari
Telah disebutkan dalam kitab Shahih Muslim sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Musa RA, beliau bercerita: Suatu ketika Rasulullah
SAW berdiri (seraya menyampaikan) lima kalimat, beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu tidak tidur dan tidak seyogyanya jika Ia tidur.
Allah itu berhak mengurangi pembagian dan menambah pembagian yang lain.
Dilaporkannya amal perbuatan di waktu siang sebelum dilaporkannya amal perbuatan
di waktu malam. Dan dilaporkannya amal perbuatan di waktu malam sebelum
dilaporkannya amal perbuatan di waktu siang. Hijab-Nya adalah cahaya, jika
hijab itu dibuka, niscaya kilauan dzat-Nya akan membakar seluruh makhluk-Nya
hingga akhir penglihatan-Nya.” Imam Mundziri berkata, "Arti pelaporan amal
perbuatan manusia yang terkandung dalam hadits di atas adalah dilaporkannya
amal perbuatan siang hari di permulaan malam yang tiba setelahnya. Dan
dilaporkannya amal perbuatan malam hari pada permulaan siang hari yang jatuh setelahnya. Karena sesungguhnya para malaikat yang tugasnya berjaga akan naik di saat permulaan siang hari dengan membawa laporan amal perbuatan malam hari ketika telah berakhir, begitu pula mereka akan naik di waktu permulaan malam hari dengan membawa laporan amal perbuatan siang hari."
4. Pelaporan Amal
Secara Langsung Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Saib ra, bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa melakukan salat empat rakaat setelah tergelincirnya matahari, demikian itu sebelum diwajibkannya sholat Dhuhur. Lalu beliau bersabda: “Di saat (seperti itu) pintu-pintu langit dibuka, maka aku senang jika di saat itu ada amalku yang naik.” Disarikan dari hadis di atas adanya keutamaan salat sunah qobliyah Dhuhur.
5. Penentuan Umur
Di dalam
bulan Syaban terdapat penentuan umur, artinya pada bulan itu ditampakkan
penentuan itu
kepada
Malaikat. Karena apapun yang dilakukan Allah tidak dibatasi dan tidak terikat
oleh waktu dan tempat. “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia (Allah),
dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS asy-Syura : 11) Telah
diriwayatkan sebuah hadis dari Sayyidah Aisyah RA beliau berkata: Sesungguhnya
dahulu Rasulullah SAW berpuasa di bulan Syaban sebulan penuh. Lalu aku
bertanya: "Wahai Rasulullah, Apakah bulan yang lebih engkau sukai berpuasa
itu bulan Syaban?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah telah menulis
(mentakdirkan) setiap jiwa yang akan mati pada tahun itu. Maka aku berharap di
saat ajalku datang, aku sedang dalam keadaan berpuasa.” (HR Abu Ya’la, Hadis
tersebut termasuk kategori Hadits Gharib namun Sanadnya Hasan)
Oleh karena
itu, dahulu Rasulullah memperbanyak berpuasa di bulan Sya’ban. Anas bin Malik
RA bertutur kata: “Bahwa Rasulullah SAW selalu berpuasa seolah-olah tidak pernah
berbuka (tidak berpuasa), sehingga kita mengatakan: Tidak ada pada diri
Rasulullah SAW berbuka (tidak berpuasa) selama setahun. Kemudian Rasulullah
berbuka dan tidak melakukan puasa, sehingga kita berkata: Tidak ada pada diri
Rasulullah SAW melakukan puasa sepanjang tahun. Puasa sunah yang paling
disenangi Rasulullah adalah puasa bulan Sya’ban”. (HR Ahmad dan Thabrani), semoga bermanfaat
Menjelang magrib di Universitas Persada Indonesia Y.A.I