Kisah Pendosa yang Gemar Rayakan Maulid Nabi di Bulan Rabiul Awwal".
Nabi Muhammad SAW adalah
sosok mulia yang pantas untuk dicintai, dimuliakan, dan dijadikan sebagai
teladan dalam menjalani kehidupan. Bukti rasa cinta ini bisa diungkapkan dengan
berbagai cara, di antaranya dengan merayakan hari kelahirannya yang jatuh pada
bulan Rabiul Awwal. Dikutip dari kisah Hikmah di stius resmi Kementerian Agama,
lebih dari sekadar ungkapan cinta, merayakan maulid Nabi juga bisa mendatangkan
berbagai macam kebaikan bagi orang yang melakukannya. Hal ini sebagaimana
dikisahkan oleh Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam
kitabI‘anatut Thalibin(Kairo, Mustafal Babil Halabi: 1356 H), juz III, halaman
365
Dikisahkan, pada zaman
Khalifah Harun ar-Rasyid ada pemuda Bashrah yang dikenal masyarakat sebagai
seorang pendosa. Perilakunya yang terlihat buruk membuat masyarakat setempat
merasa risih sekaligus memandangnya hina. Namun di balik segala keburukan yang
melekat pada diri pemuda tersebut, dalam hatinya tersimpan rasa cinta yang
mendalam kepada Nabi Muhammad ﷺ. Hal ini dibuktikan dengan agenda tahunan yang
tidak pernah ia tinggalkan. Setiap datang bulan Rabiul Awwal, ia selalu
menyiapkan diri dengan mengenakan pakaian terbaik, memakai wangi-wangian,
berhias, mengadakan jamuan sederhana, dan membaca kisah kelahiran Nabi
Muhammad. Kegiatan ini terus ia lakukan sampai ajal menjemputnya. Kematian
pemuda ini awalnya tidak mengundang perhatian masyarakat. Mereka merasa tidak
perlu memberi penghormatan terakhir karena terlanjur memandangnya dengan hina
Ia wafat dalam kesunyian
tanpa ada perhatian dan penghargaan dari masyarakat sekitar. Hingga akhirnya,
penduduk Bashrah merasa terkejut karena hampir semua orang mendengar bisikan
yang sama. “Wahai penduduk Bashrah, hadirilah jenazah seorang kekasih
Allah," demikian suara halus yang menembus dinding hati mereka. Bisikan
hati ini membuat masyarakat terdiam dan bertanya-tanya. Akhirnya, mereka pun
tergerak untuk datang berbondong-bondong dan menghadiri pemakaman, serta
memberikan doa dan penghormatan terakhir kepada pemuda tersebut. Tidak berhenti
di situ, saat malam tiba banyak penduduk Bashrah yang bermimpi melihat pemuda
tersebut sedang mengenakan pakaian sutra yang indah. Merasa penasaran, pemuda
ini kemudian ditanya:
“Dengan memuliakan kelahiran
Nabi Muhammad ﷺ,”
jawab pemuda tersebut. Kisah penuh hikmah ini mengajarkan kepada umat Islam
bahwa mencintai Nabi Muhammad ﷺ tidak hanya milik mereka yang rajin beribadah
dan beramal saleh. Dosa bukanlah tembok penghalang untuk menumbuhkan
benih-benih cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ, sebagaimana yang dilakukan oleh pemuda dalam
kisah di atas. Bisa jadi, dengan wasilah mencintai Nabi Muhammad ﷺ ini turun
hidayah dan pertolongan Allah sekaligus menjadi pintu masuk untuk menjadi pribadi
yang lebih baik lagi. Sebaliknya, kisah ini juga mengingatkan agar tidak
memandang sebelah mata kepada mereka yang secara lahir terlihat hina. Bisa jadi
di balik kehinaannya itu tersembunyi amal ibadah yang menjadikan mereka
mendapatkan kemuliaan di sisi Allah, sebagaimana terjadi pada pemuda dalam
kisah di atas. Meski terlihat hina, namun dalam hatinya tersimpan cinta yang
tulus kepada Nabi ﷺ hingga membuatnya mendapatkan rahmat dan ampunan
dari Allah.
Selain itu, kisah ini juga
menegaskan bahwa perayaan maulid Nabi memiliki keutamaan tersendiri bagi umat
Islam, di antaranya bisa menurunkan keberkahan dan rahmat dari Allah. Lebih
dari itu, perayaan maulid Nabi juga bisa menjadi momentum spiritual untuk
mengingat jejak perjuangan sekaligus meneladani akhlak mulia Rasulullah.Wallahu
a‘lam, semoga bermanfaat
Menjelang sore di Universitas Persada Indonesia Y.A.I