"Cara Makan Rasulullah yang Patut Diteladani
Salah satu rahasia kesehatan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) adalah menjaga pola makan dan
makanan yang dikonsumsinya. Berikut lanjutan cara makan Rasulullah yang
bersumber dari Kitab Tha'amur-Rasul SAW wat-Tadawi bil-Ghidza (Inilah Makanan
Rasulullah SAW) karya Prof Abdul Basith Muhammad as-Sayyid. Sebelumnya telah
dibahas adab makan Rasulullah yang tidak makan secara berlebihan dan juga tidak
tergesa-gesa saat makan dan minum. [Baca Juga: Cara Makan Rasulullah yang Patut
Diteladani (2)] Aisyah RA meriwayatkan bahwa sejak kedatangan Rasulullah di
Kota Madinah, keluarga Nabi Muhammad SAW tidak pernah merasa kenyang dengan
makanan yang terbuat dari gandum selama tiga hari berturut-turut, hingga beliau
wafat. Aisyah juga meriwayatkan bahwa keluarga Rasulullah tidak pernah makan
dua kali dalam sehari kecuali salah satunya dengan kurma. (HR Bukhari-Muslim)
Adapun makanan yang paling sering dimakan Rasulullah dan keluarganya adalah
roti gandum (HR Tirmidzi). Sejumlah penelitian yang dilakukan di Rusia
membuktikan, bahwa puasa selama sebulan (puasa Ramadhan) dapat memberikan
kekuatan pada alat pencernaan, sehingga ia dapat bekerja selama setahun tanpa
harus menghadapi sejumlah penyakit.
Dari sini, dapat disimpulkan
bahwa Rasulullah selalu bersikap zuhud dalam menjalani kehidupannya. Maksudnya,
Rasulullah tidak berlebih-lebihan ketika makan dan minum. Menanamkan sikap
zuhud juga bermanfaat bagi generasi setelah kita. Adapun adab lain, Rasulullah
akan merasa senang jika banyak orang yang ikut serta menikmati suatu makanan.
Abu Hurairah RA meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda, "Makanan dua orang
cukup untuk dimakan tiga orang, makanan tiga orang cukup dimakan empat
orang." (HR Bukhari, Muslim). Dari hadis ini dapat disimpulkan bahwa
berkumpul untuk menikmati suatu makanan merupakan perbuatan yang disunnahkan.
Sebaiknya seseorang tidak makan seorang diri seperti yang sering dilakukan
orang bakhil. Selain itu, semakin banyak orang yang berkumpul untuk menikmati
makanan itu, keberkahan yang akan mereka peroleh semakin bertambah. Rasulullah
telah memberikan dorongan kepada kita untuk melakukan hal itu. Sebagian orang
di zaman sekarang suka bermewah- mewahan, mengisi lemari es dengan berbagai
macam makanan menggiurkan, paling lezat, dan paling mahal harganya, lalu
berkata, "Kami memiliki ini dan itu."
Padahal Allah Ta'ala
mengingatkan manusia dalam sebuah ayat: "Sesungguhnya pemboros-pemboros
itu adalah saudara-saudara setan." (Surah Al-Isra: 27) Selanjutnya, makan
secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas). Kegemukan terjadi
akibat berkumpulnya lemak dalam tubuh manusia terutama di bawah kulit dan di
sekitar anggota tubuh bagian dalam. Kegemukan dapat menyebabkan malas, bodoh,
dan sulit bernafas. Islam menginginkan seorang muslim menjadi orang yang kuat
dan penuh semangat. Seorang bijak berkata, "Hikmah (ilmu) tidak akan masuk
ke dalam perut yang terisi penuh makanan. Orang yang perutnya terisi penuh
makanan, akan banyak minum. Siapa yang banyak minum, akan sering tidur. Siapa
yang terlalu sering tidur, keberkahan akan dijauhkan dari umurnya." Di
antara hal yang tidak termasuk karakter R asulullah adalah makan di suatu
tempat yang lebih tinggi dari tanah. Rasulullah memberi
petunjuk agar kita makan
sambil duduk di atas tanah (lantai). Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah
selalu duduk di atas tanah dan makan di atas tanah. (HR Thabrani) Anas bin
Malik meriwayatkan Rasulullah tidak pernah makan di atas Khawan, atau makan
dengan menggunakan Sukkarjah, atau makan Khubz Muraqqaq. Aku (Anas) bertanya
kepada Qatadah, 'Lalu dengan apa Rasulullah dan para sahabatnya makan?' Qatadah
pun menjawab, "Dengan menggunakan Suffrah." (HR Bukhari) Khawan
adalah wadah yang tinggi yang biasa digunakan untuk makan. Pada zaman sekarang,
tempat itu dinamakan tarabizah (meja panjang), sedangkan di desa-desa dikenal
dengan nama thabliyah (meja pendek dan berbentuk bundar). Sukkarjah adalah wadah
kecil yang di dalamnya diletakkan sedikit makanan yang dapat menambah selera
makan, seperti salad atau acar. Sedangkan yang dimaksud dengan Khubz Muraqqaq
adalah roti yang lebar dan lembut. Ini berarti, Rasulullah selalu memakan roti
kecil yang kasar. Adapun Sufrah adalah sesuatu yang dibentangkan atau
dihamparkan sebagai alas untuk makanan vang akan dimakan baik dalam bentuk
kulit maupun kain.
Semoga bermanfaat, menjelang sore di Universitas Persada Indonesia Y.A.I