Penemuan-penemuan Ilmuwan Muslim yang Mengubah Dunia"
.
Ternyata banyak
penemuan-penemuan ilmuwan muslim yang justru mengubah wajah dunia. Hubungan
Al-Qur'an dengan sains tidak dapat dipisahkan dan Islam merupakan satu-satunya
agama yang respek terhadap ilmu pengetahuan. Allah Ta'ala berfirman
"Maka Maha Tinggi Allah
Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur'an
sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan". (QS Thaha ayat 114) Sejak zaman
Nabi dan para Tabi'in dan penerusnya, ilmuwan muslim sudah mulai mempelajari
banyak hal termasuk ilmu sains. Imam Al-Ghazali (1058-1111) pernah mengatakan,
Al-Qur'an itu laksana lautan yang tak bertepi, dan jika sekiranya lautan itu
menjadi tinta untuk menjelaskan kata-kata Tuhanku, niscaya lautan itu akan
habis sebelum kata-kata Tuhan itu berakhir. Kedudukan ilmu sains di masa
keemasan Islam mencapai posisi yang tinggi dan diakui dunia kala itu. Kaum
muslimin menjadi pelopor terdepan dalam perkemabangan sains, mengusai
puncak-puncak ilmu pengetahuan, dan universitas-universitas mereka ramai
dikunjungi pelajar dari penjuru dunia, termasuk dari Eropa. Para raja Eropa
mengutus putra-putra terbaik negeri mereka untuk menimba ilmu kepada
ilmuan-ilmuan Islam di negeri-negeri Islam. Menceritakan masa kegemilangan Islam bukan berarti kita membangga-banggakan masa lalu kejayaan Islam, tapi kita hanya berusaha mengobati hati sebagian pemuda muslim yang kecewa karena kondisi keterpurukan umat Islam saat ini dan menganggap bahwa Islam menghalangi kemajuan. Padahal tidak demikian faktanya, seorang ilmuan Perancis, Gustave Le Bon, berangan-angan, "Seandainya kaum muslimin menjadi penguasa di Perancis, niscaya negara ini akan seperti Cordova di Spanyol yang muslim." (Arab Civilization, Hal: 13). Ia juga mengatakan, "Sesungguhnya bangsa Eropa adalah sebuah kota bagi negeri Arab (umat Islam) karena kehebatan peradaban yang mereka miliki." (Arab Civilization, Hal: 566).
Penemuan-penemuan Ilmuwan Muslim yang Mengubah Dunia
1. Penemuan di Bidang Kesehatan
Ilmu kedokteran
merupakan ilmu yang perkembangannya sangat cepat. Umat Islam memberikan
sumbangsih yang sangat besar
pada cabang ilmu pengetahuan ini. Kedokteran Islam bukan sekadar mendiagnosa
mengobati penyakit lalu selesai, tapi meliputi dasar-dasar metode eksperimen
yang sangat berpengaruh pada seluruh sisi-sisi praktis sebagai pencegahan dan
pengobatan, meringankan dan akurasi pengobatan, serta menjauhkan manusia dari
pola hidup yang buruk. Ketika Islam datang, orang-orang Arab jahiliyah juga
mempunyai tabib, sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan
untuk berobat. Beliau bersabda: "Berobatlah! Karena Allah tidak menurunkan
penyakit kecuali membuat obatnya. Kecuali satu penyakit, yaitu tua."
Rasulullah berobat dengan madu, kurma serta ilalang alami dan yang lainnya.
Metode ini dikenal dengan Tibbun Nabawi (Pengobatan Nabi). Kaum muslimin tidak
hanya berhenti pada Tibbun Nabawi, mereka terus bereksperimen dan terus
mengembangkan ilmu kedokteran. Ada seorang dokter muslim pada abad pertengahan,
Ali bin Isa al-Kahal, spesialisasinya pada mata dan banyak merumuskan teori-teori
tentang mata. Ia mengumpulkan teorinya dalam sebuah buku yang berjudul Tazkirah
al-Kahalain. Adapula az-Zahrawi, orang pertama
yang menemukan teori bedah
dengan menggunakan suntik dan alat-alat bedah. Az-Zahrawi mengarang sebuah buku
tentang ilmu bedah yang berjudul at-Tashrif Liman Ajiza an Ta’lif yang
diterjemahkan ke bahasa latin oleh ilmuan Italia, Gerardo (1114-1187). Sejak
saat itu buku teori bedah az-Zahrawi dijadikan dasar-dasar ilmu bedah di Eropa
hingga 5 abad kemudian, yakni abad ke-16, lalu mempengaruhi perkembangan ilmu
bedah di masa berikutnya. Seorang pakar anatomi tubuh, Hallery, mengatakan:
"Seluruh pakar bedah Eropa sesudah abad ke-16 menimba ilmu dan berpatokan
pada pembahasan buku ini (at-Tashrif Liman Ajiza an Ta’lif)." (Fi Tarikh
at-Tib fi ad-Daulah al-Islamiyah, Hal: 132-133). Kemudian umat Islam juga merupakan
generasi pertama yang membangun rumah sakit. Rumah sakit Islam pertama kali
didirikan pada masa pemerintahan Khalifah al-Walid bin Abdul Malik, yang
memegang jabatan antara 705-715 M. Rumah sakit ini khusus untuk penderita
lepra. Setelah itu banyak rumah sakit dibangun di wilayah-wilayah kekuasaan
Islam lainnya. Saat itu rumah sakit disebut dengan istilah al-Baimarastanat
(tempat tinggal orang sakit) bukan dengan istilah musytasyfa. Sembilan abad
kemudian barulah rumah sakit-rumah sakit didirikan di Eropa.
2. Arsitektur
Arsitektur adalah ilmu yang
dikenal sejak dulu karena kebutuhan manusia untuk membuat tempat tinggal serta
tempat-tempat yang menjadi kebutuhan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan
hewan pun memiliki naluri dan insting untuk membuat bangunan tempat mereka
tinggal. Namun perhitungan dan perumusannya diperkirakan baru ada di zaman
Mesir kuno, kemudian dilanjutkan peradaban Babilonia dan Yunani. Ilmu
arsitektur masuk ke dunia Arab Islam melalui penerjemahan buku-buku arsitektur
Yunani ke dalam bahasa Arab, khususnya buku Euclides, Ushul al-Handasah. Dari
sinilah inovasi terhadap ilmu arsiterktur mulai dilakukan. Orang-orang Arab
Islam membagi arsitektur ke dalam dua bagian; aqliyah (nalar/matematika) dan
hissiyah (seni atau sentuhan), atau dengan bahasa yang lebih mudah aqliyah adalah yang berkaitan dengan teori sedangkan hissiyah adalah tataran praktis. Kita dapati sebagaian karya arsitek Islam, Ibnu Haitsam, membuat teori persamaan dan materi dalam pembahasan cahaya untuk menentukan titik pantul dalam kondisi bulat berbentuk cakeram, krucut, cembung, atau botol kaca. Pujian pun dilontarkan oleh ilmuan-ilmuan Barat terhadap arsitek dan arsitektur Islam. Martin Isbraikes, salah seorang orientalis yang meneliti sejarah Islam dalam masalah arsitektur dan ruang, mengatakan: "Meski dunia Arab diliputi kebodohan dalam bidang arsitek pada permulaan masa penaklukkan, namun pada kenyataannya arsitektur-arsitektur Islam terlihat di setiap negeri dan setiap zaman, berikut pengaruhnya dalam peradaban Islam. Di negeri Islamlah terdapat banyak bangunan sekolah setempat yang merupakan lambang keahlian pembuatnya." (Turats Islam bi Isyraf, Hal: 232).
3. Kamera
Sulit kita bayangkan dunia modern saat
ini tanpa kamera. Perusahaan-perusahaan besar seperti Instagram dan Canon
memanfaatkan tekonologi ini sebagai 'barang dagang' mereka yang utama.
Seorang ilmuan Islam yang bernama Ibnu al-Haytam adalah orang pertama yang mengembangkan kemampuan optik untuk difungsikan menjadi kamera. Hidup di tengah kota besar Kairo pada awal tahun 100-an M, Ibnu al-Haytam dikenal sebagai seorang ilmuwan yang paling terkemuka. Ia mengembangkan berbagai macam teori sains. Ketika menjadi tahanan rumah pada saat Bani Fatimiah berkuasa, ia mulai mempelajari kerja cahaya. Sebagian penelitiannya terfokus pada bagaimana memungsikan lensa pada kamera. Ia adalah ilmuwan pertama yang menyadari ketika pin hole (lubang kecil kamera) dimasukkan ke dalam lightproof (kotak hitam), maka akan memproyeksikan sebuah gambar. Semakin kecil lubangnya, maka kualitas gambar yang dihasilkan pun semakin tajam. Tanpa penelitian Ibnu al-Haytam mengenai pergerakan cahaya ini, maka kamera yang ada di zaman modern ini tidak akan pernah ada.
4. Geografi
Peran ilmuwan mulsim dalam bidang ini amat penting, walaupun geografi bukanlah
ilmu yang dilahirkan oleh kaum muslimin. Namun karya-karya umat Islam pada
cabang ilmu geograf berpengaruh pada penjelajahan dunia bahkan
penyebaran penduduk di muka bumi ini. Bapak geografi Yunani, Hektatius,
menyatakan bahwa bumi menggambar sebuah peta dengan dasar bulat pipih
melingkar, walaupun teori Hektatius ini disanggah oleh Plato yang meyakini
bahwa bumi itu bulat, namun Plato tak mampu mengungkapkan argument yang kuat
atas teorinya tersebut. Kemudian ilmuwan Islam, di antaranya Khalifah
Abbasiyah, Al-Makmun sebagai orang pertama yang merumuskan bumi itu bulat
dengan mengadakan penelitian dengan memprediksi letak bintang kutub. Ilmuan
lainnya adalah Ibnu Khardzabah, yang menyatakan "Bumi itu berputar
sebagaimana bola, tempatnya seperti muhhah (kuning telur) dalam tengah
telur." (al-Masalik wa Mamalik, Hal: 4). Hal itu ia rumuskan berangkat
dari kajian terhadap Al-Qur'an Surat Az-Zumar: 5 dan An-Naziat: 30. Ilmuwan
Islam juga berjasa membuat peta laut sehingga banyak orang mengadakan ekspedisi
laut untuk mengelilingi dunia dan Peta al-Masudi tahun 956 Mberdampak pada
tersebarnya manusia di
berbagai benua di muka bumi. Seperti peta yang
dibuat al-Idris dan al-Mas’udi dalam bukunya Murawwaju adz-Dzahab. Pembuatan
peta ini jauh sebelum Cristoper Columbus mengklaim menemukan benua Amerika
–mengenai klaim Columbus sebagai penemu benua Amerika telah penulis sanggah
dalam tulisan sebelumnya: Klaim Columbus-. Gustave Le Bon mengatakan:
"Buku-buku Arab yang telah sampai kepada kita dalam ilmu Geografi penting
untuk satu tujuan, dan sebagian dasar-dasar ilmu ini menjadi pelajaran di Eropa
selama berabad-abad." (Gustave Le Bon, Hal: 469)
Nah itu kan banyak yang tidak tau,
Menjelang sore di Universitas Persada Indonesia Y.A.I