"5 Karomah Sayyidina Ali bin Abi Thalib".
Sayyidina Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu 'anhu (599-661 M) adalah Khalifah keempat yang berkuasa sekitar
4-5 tahun. Beliau adalah sepupu Nabi Muhammad shallalalhu 'alaihi wa sallam
(SAW) yang juga menantunya setelah menikahi putri Nabi , Fatimah Az-Zahra radhiyallahu
'anha. Salah satu keistimewaan Ali bin Abi Thalib adalah beliau merupakan orang
kedua menerima dakwah Islam, setelah Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, istri
Nabi Shallallahu 'alahi wa sallam. Selain keistimewaan itu, ada 5 karomah
Sayyidina Ali yang dilansir dari berbagai sumber, yaitu:
1. 1..Berbicara dengan Ahli Kubur. Sid bin Musayyab menceritakan bahwa ia dan para sahabat menziarahi makam-makam di Madinah bersama Sayyidina Ali . Ali berseru, "Wahai para penghuni kubur, semoga dan rahmat dari Allah senantiasa tercurah kepada kalian, beritahukanlah keadaan kalian kepada kami atau kami akan memberitahukan keadaan kami kepada kalian." Lalu terdengar jawaban, "Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah dari Allah senantiasa tercurah untukmu, wahai Amirul Mukminin. Kabarkan kepada kami tentang hal-hal yang terjadi setelah kami". Ali berkata, "Istri-istri kalian sudah menikah lagi, kekayaan kalian sudah dibagi, anak-anak kalian berkumpul dalam kelompok anak-anak yatim, bangunan-bangunan yang kalian dirikan sudah ditempati musuh-musuh kalian. Inilah kabar dari kami, lalu bagaimana kabar kalian?" Salah satu mayat menjawab, "Kain kafan telah koyak, rambut telah rontok, kulit mengelupas, biji mata terlepas di atas pipi, hidung mengalirkan darah dan nanah. Kami mendapatkan pahala atas kebaikan yang kami lakukan dan mendapatkan kerugian atas kewajiban yang yang kami tinggalkan. Kami bertanggung jawab atas perbuatan kami". (Riwayat Al-Baihaqi).
2. 2. Mengobati Orang yang Menderita Lumpuh. Dalam Kitab Al-Tabaqat, Taj al-Subki meriwayatkan bahwa pada suatu malam, Ali dan kedua putranya, Hasan dan Husein radhiallahu anhuma mendengar seseorang bersyair: "Hai Zat yang mengabulkan doa orang yang terhimpit kezaliman. Wahai Zat yang menghilangkan penderitaan, bencana, dan sakit. Utusan-Mu tertidur di rumah Rasulullah sedang orang-orang kafir mengepungnya. Dan Engkau Yang Maha Hidup lagi Maha Tegak tidak pernah tidur. Dengan kemurahan-Mu, ampunilah dosa-dosaku. Wahai Zat tempat berharap makhluk di Masjidil Haram. Kalau ampunan-Mu tidak bisa diharapkan oleh orang yang bersalah. Siapa yang akan menganugerahi nikmat kepada orang-orang yang durhaka. (
Ali lalu menyuruh orang mencari si pelantun syair
itu. Pelantun syair itu datang menghadap Ali seraya berkata, "Aku, ya
Amirul mukminin!" Laki-laki itu menghadap sambil menyeret sebelah kanan
tubuhnya, lalu berhenti di hadapan Ali. Ali bertanya, "Aku telah mendengar
syairmu, apa yang menimpamu?" Laki-laki itu menjawab, "Dulu aku sibuk
memainkan alat musik dan melakukan kemaksiatan, padahal ayahku sudah
menasihatiku bahwa Allah memiliki kekuasaan dan siksaan yang pasti akan menimpa
orang-orang zalim. Karena ayah terus-menerus menasihati, aku memukulnya.
Karenanya, ayahku bersumpah akan mendoakan keburukan untukku, lalu ia pergi ke
Mekkah untuk memohon pertolongan Allah. Ia berdoa, belum selesai ia berdoa,
tubuh sebelah kananku tiba-tiba lumpuh. Aku menyesal atas semua yang telah aku
lakukan, maka aku meminta belas kasihan dan ridha ayahku sampai ia berjanji
akan mendoakan kebaikan untukku jika Ali mau berdoa untukku. Aku mengendarai
untanya, unta betina itu melaju sangat kencang sampai terlempar di antara dua batu
besar, lalu mati di sana". Ali lalu berkata, "Allah akan meridhaimu,
kalau ayahmu meridhaimu". Laki-laki itu menjawab, "Demi Allah,
demikianlah yang terjadi". Kemudian Ali berdiri, salat beberapa rakaat,
dan berdoa kepada Allah dngan pelan, kemudian berkata, "Hai orang yang
diberkahi, bangkitlah!". Laki-laki itu berdiri, berjalan, dan kembali
sehat seperti sedia kala. Ali berkata, "Jika engkau tidak bersumpah bahwa
ayahmu akan meridhaimu, maka aku tidak akan mendoakan kebaikan untukmu."
3. Menyatukan Kembali Tangan yang Terpotong atas
Izin Allah. Fakhrurrazi yang hanya sedikit memasukkan cerita-cerita tentang
karamah para sahabat dalam kitabnya, juga meriwayatkan bahwa seorang budak
kulit hitam penggemar SayyidinaAli mencuri. Budak itu dihadapkan kepada Ali dan
ditanya, "Betulkah kau mencuri?" Ia menjawab, "Ya,". Maka
Ali memotong tangannya. Budak itu berlalu dari hadapan Ali , kemudian berjumpa
dengan Salman al-Farisi dan Ibnu al-Kawwa'. Ibnu al-Kawwa' bertanya,
"Siapa yang telah memotong tanganmu?" Ia menjawab, "Amirul
mukminin, pemimpin besar umat muslim, menantu Rasullah, dan suami
Fatimah". Ibnu al-Kawwa’ bertanya, "Ia telah memotong tanganmu dan
kamu masih juga memujinya?" Budak itu menjawab, "Mengapa aku tidak
memujinya? Ia mcmotong tanganku sesuai dengan kebenaran dan berarti
membebaskanku dari neraka". Salman mendengarkan penuturan budak itu, lalu
menceritakannya kepada Al i. Selanjutnya Ali memanggil budak hitam itu, lalu
meletakkan tangan yang telah dipotong di bawah lengannya, dan menutupnya dengan
selendang, kemudian Ali memanjatkan doa. Orang-orang yang ada di sana tiba-tiba
mendengar seruan dari langit, "Angkat selendang itu dari tangannya!"
Ketika selendang itu diangkat, tangan budak hitam itu tersambung kembali dengan
izin Allah
4.
Menyembuhkan Penyakit. Dalam Kitab Al-Iktibar, Usamah bin Munqidz mengemukakan
kisah yang didengarnya dari Syihabuddin Abu al-Fath, pelayan Mu'izuddaulah bin
Buwaihi di Mosul pada tanggal 18 Ramadhan 566 M. Diceritakan ketika Syihabuddin
berada di dalam Masjid Shunduriyah di pinggir Kota Anbar daerah Tepi Barat,
Khalifah Al-Muqtafi datang berkunjung bersama salah seorang menterinya.
Al-Mugtafi memasuki masjid tersebut, yang dikenal dengan sebutan Masjid Amirul
Mukminin Ali, dengan memakai baju biasa dan menyandang pedang yang hiasannya
dari besi. Tak seorang pun mengetahui bahwa ia adalah seorang khalifah, kecuali
orang-orang yang telah mengenalnya. Pengurus masjid mendoakan sang menteri.
Lalu sang menteri berkata, "Celaka, doakanlah khalifah!". Kemudian
Khalifah Al-Mugtafi berkata kepada menterinya, "Tanyakan sesuatu yang
bermanfaat pada pengurus masjid itu. Katakan padanya bahwa dulu pada masa
pemerintahan Maulana Al-Mustazhhir, aku melihat ia menderita sakit di wajahnya.
Wajahnya penuh bisul schingga jika mau makan, bisulnya harus ditutup dengan
sapu tangan, agar makanan bisa masuk ke mulutnya.” Pengurus masjid itu
menjelaskan, "Seperti Anda ketahui, aku berulang kali datang ke masjid ini
dari Anbar. Suatu hari, ada seseorang menemuiku dan berkata, 'Kalau
engkau berulang kali menemui si Fulan setiap datang dari Anbar, seperti engkau
berulang kali datang ke masjid ini, niscaya si Fulan akan memanggilkan tabib
untukmu yang bisa menghilangkan penyakit di wajahmu.' Perkataan orang itu
merasuk ke hatiku dan menghimpit dadaku. Lalu aku tertidur pada malam itu dan
bermimpi bertemu Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib yang tengah berada dalam
masjid tersebut seraya bertanya, 'Lubang apa ini?' Maksudnya adalah sebuah
lubang di tanah. Kemudian aku mengadukan penyakit yang menimpaku tetapi Al i
berpaling dariku. Maka aku kembali mengadukan penyakitku dan perkataan yang
diucapkan oleh lelaki yang menemuiku di masjid tadi. Ali berkata, 'Engkau
termasuk orang yang menginginkan dunia'. Kemudian aku terbangun, dan tiba-tiba
bisul-bisul di wajahku lenyap."Khalifah Al-Mugtafi berkata, "Ia
benar," lalu menoleh ke arah Syihabuddin dan berkata, "Bicaralah pada
pengurus masjid itu, cari tahu apa yang ia minta, tuliskan permintaannya
disertai tanda tangannya, dan berikan padaku untuk kutandatangani".
Selanjutnya
Syihabuddin berbincang-bincang dengan pengurus masjid itu, dan pengurus masjid
itu bercerita, "Aku memiliki istri yang sedang menyusui anak dalam keadaan
hamil dan beberapa anak perempuan. Setiap bulan, aku membutuhkan 3 dinar".
Syihabuddin menuliskan permintaan pengurus Masjid Ali itu beserta alamatnya dan
Al-Mugtafi menandatanganinya. Al-Mugtafi kemudian menyuruh Syihabuddin untuk
menyampaikan permintaan pengurus masjid itu ke dewan keuangan. Syihabuddin
membawa berkas permintaan pengurus masjid itu ke dewan keuangan dan dewan
menandatanganinya tanpa membacanya serta mengambil bagian tulisan khalifah
Al-Mugtafi. Ketika sekretaris dewan membuka tulisan itu untuk dipindahkan, ia
menemukan tulisan khalifah Al-Mugtafi di bawah tanda tangan pengurus Masjid Ali
yang berbunyi, "Seandainya ia meminta lebih dari itu, tentu akan
diberi".
5. Alat
Penggiling Bergerak Sendiri. Kisah lainnya menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW
menyuruh Abu Dzar memanggil Ali bin Abi Thalib . Sesampai di rumah Ali, Abu
Dzar melihat alat penggiling sedang menggiling gandum padahal tidak ada
seorang pun di sana. Kemudian Abu Dzar menceritakan hal tersebut kepada Nabi.
Beliau berkata, "Hai Abu Dzar! Tahukah kau bahwa Allah memiliki
Malaikat-malaikat yang berjalan-jalan di bumi dan mereka diperintahkan untuk
membantu keluarga Nabi Muhammad SAW ". (Dikemukakan oleh Al-Shubban dalam
kitab Is'af Al-Raghibin dan Al-Mala'’ dalam kitab Sirahnya).(Baca Juga:
Biografi Ali bin Abi Thalib, Khalifah Bergelar Karramallahu Wajhah) Wallahu
A'lam
Semoga bermanfaat menjelang siang di Universitas Persada Indonesia Y.A.I