"Perintah Berbhakti kepada Orang Tua Selaras dengan Fitrah Manusia".
Syariat Islam menekannya akan pentingnya jasa
kedua orang tua dan perintah langsung untuk berbhakti kepada keduanya ( birrul
Walidain ). Baik dari zaman dahulu hingga sekarang, baik yang beriman maupun
yang kafir, yang baik maupun yang buruk, semuanya sepakat akan kewajiban
menjaga hak kedua orang tua dan bahwa kita tidak boleh melupakan jasa-jasa
mereka. "Mereka adalah sebab kita ada di dunia ini. Kita bisa berada di
atas muka bumi karena mereka; mereka menikah, menjalani sunnah kauniyah berupa
hubungan suami istri, sehingga ibu kita hamil. Setelah menunggu sekian lama,
akhirnya kita lahir di dunia ini,"ungkap Ustaz Dr Anas Burhanudin MA dalam
kajian yang membahas 'Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi
al-Bariyyat," di Majelis Kajian Sunnah Jakarta, baru-baru ini
Ustaz Anas menjelaskan, proses tersebut cukup
panjang, bahkan ada yang telah berusaha dalam jangka waktu yang lama, namun
belum juga diberikan keturunan. Ada yang hanya diberi satu anak, meskipun
setelah itu berusaha lagi, mereka tidak diberikan keturunan tambahan. Maka, ini
adalah proses yang panjang yang tidak semua orang diberikan taufik untuk
berhasil menjalani. Orang tua kita termasuk orang-orang yang terpilih dan
mendapat anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa salah satu bentuk
kesempurnaan sebagai manusia, yaitu menikah dan memiliki keturunan. Dalam
proses itu, ibu kita mengalami fase-fase yang berat dalam hidupnya: rasa sakit
saat mengandung, dan rasa berat saat kandungan semakin besar. Ketika janin,
yaitu kita pada waktu itu, semakin besar, semakin berat pula beban yang
dirasakan oleh ibu kita. Ditambah lagi, rasa sakit yang dirasakan oleh ibu saat
melahirkan merupakan salah satu bentuk pengorbanan yang sangat besar. Seorang
ibu berjuang mati-matian menahan rasa sakit yang luar biasa, dan banyak pula
yang meninggal dunia dalam proses tersebut. Setelah itu, kedua orang tua kita
membesarkan, mendidik, serta merawat kita. Ibu menyusui, memberikan makan,
memasak, dan mendidik kita, sementara ayah bekerja keras untuk memberikan
nafkah terbaik. Keduanya juga melindungi kita sebagai anak-anak.
Perintah Birrul Walidain
Menurut Ustaz Anas, proses hadirnya kita di
dunia, semua adalah jasa yang tidak boleh dilupakan dari kedua orang tua. Oleh
karena itu, dalam Islam, kita diperintahkan untuk berbakti kepada orang tua
(Birrul Walidain) dan dilarang untuk durhaka kepada mereka. Birrul Walidain
adalah salah satu ibadah yang seharusnya ringan dilakukan oleh seorang Muslim.
Selain karena diperintahkan oleh Islam, ibadah ini juga sesuai dengan fitrah
kita sebagai manusia. Tanpa disuruh untuk berbakti kepada orang tua, seharusnya
seorang anak mencintai dan berbakti kepada mereka. Mengapa? Karena ia
mengetahui jasa kedua orang tuanya, mulai dari fase kehamilan, melahirkan,
membesarkan, mendidik, melindungi, hingga memberikan nafkah. Ini adalah jasa
yang tidak boleh dilupakan. Seharusnya, bahkan tanpa adanya perintah untuk
berbakti dan larangan untuk durhaka kepada orang tua, sebagai manusia yang
berakal dan memiliki fitrah, kita sudah mencintai kedua orang tua secara
otomatis. Ini juga adalah fitrah yang Allah tanamkan kepada kita sejak kecil.
"Kita semua mencintai kedua orang tua. Namun, ada sebagian yang kehilangan
fitrah ini, sehingga mereka sampai durhaka kepada kedua orang tua, atau paling
tidak, tidak berbakti dan berbuat ihsan kepada mereka. Ini menyelisihi fitrah.
Normalnya, seorang manusia—bahkan jika dia bukan seorang Muslim—secara fitrah
seharusnya otomatis mencintai kedua orang tua, berusaha membalas jasa-jasa
mereka, berbuat baik, dan tidak durhaka kepada mereka,"ungkapnya. Birrul
Walidain adalah sebuah ibadah yang seharusnya ringan dilakukan. Mengapa? Karena
ini adalah ibadah yang sesuai dengan fitrah. Masing-masing dari kita ingin
membalas kebaikan kedua orang tua, dan sejak kecil kita sudah memiliki rasa sayang
yang besar kepada mereka, melebihi sayang kita kepada orang lain. Jika salah
satu orang tua atau kedua orang tua meninggal dunia, itu akan menjadi hari yang
paling gelap dan menyedihkan dalam hidup, yang menunjukkan bahwa fitrah masih
bertahan dalam hati, dan Allah telah menganugerahkan fitrah itu kepada kita.
Namun, jika ada seseorang yang durhaka, tidak mau
berbakti (Birrul Walidain) kepada orang tuanya, atau bahkan sampai
menyia-nyiakan mereka, mengusir mereka dari rumah, dan tidak merasa sedih
ketika mereka sakit atau meninggal dunia, maka orang tersebut sudah tercabut
fitrahnya. Adapun seorang manusia yang baik dan seorang Muslim yang taat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia akan menjalankan kewajiban Birrul Walidain dengan
sangat ringan dan mudah. Sebab, secara fitrah, dia sudah didorong dan
diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mencintai kedua orang tuanya
dan berusaha membalas jasa-jasa mereka. Kesimpulannya, Birrul Walidain adalah
ibadah yang tidak hanya diperintahkan oleh Islam, tetapi juga selaras dengan fitrah
kita sebagai manusia. Oleh karena itu, seharusnya berbakti kepada orang tua
menjadi sebuah ibadah yang ringan untuk dilakukan
Semoga bermanfaat, menjelang sore di Universitas Persada Indonesia Y.A.I