"Potret Penyesalan Setelah Kematian yang Tercantum dalam Al-Qur'an".
Kesempatan hidup hanya sekali, jangan sampai penyesalan terjadi setelah kematian nanti. Karenanya pergunakan kesempatan di dunia untuk ibadah dan melakukan aktivitas yang berfaedah. Tentang penyesalan ini, Allah Ta'ala telah memberikan peringatan, bahkan Allah juga telah memberikan potret penyesalan di akhirat melalui firman-firman-Nya.
Apa saja potret penyesalan itu? Dinukil dari berbagai sumber, ada beberapa potret penyesalan yang Allah terangkan dalam Al-Qur'an , antara lain:
1. Penyesalan orang kafir kenapa dahulu tidak menjadi muslim Di
akhirat kelak, orang-orang yang selama di dunai ia kafir, maka ia akan menyesal
sejadi-jadinya. Mereka berandai-andai sekiranya ketika di dunia mereka menjadi
seorang muslim. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Orang kafir itu
kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di
dunia) menjadi orang Muslim.” (QS. Al-Hijr: 2)
Allah subhanahu wa ta’ala
kembali menegaskan,
“Dan seandainya engkau
(Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata,
“Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan
ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-An’ām:
27) Maka berbahagialah kita yang telah menjadi seorang muslim. Pegang teguh
agama ini sampai maut menjemput kita.
“Sesungguhnya agama di sisi
Allah ialah Islam.” (QS. Āli ’Imrān: 19)
“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (QS. Āli ’Imrān: 85)
2. Penyesalan orang kafir kenapa dahulu tidak
menjadi tanah Allah subhanahu wa ta’ala pernah mengabarkan berita ini dalam
firmanNya,
“Sesungguhnya Kami telah
memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia
melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata,
“Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.” (QS. An-Naba’: 40)
3. Penyesalan kenapa dahulu
tidak bersedekah Dalam surah al-Munafiqun ayat kesepuluh Allah memberi perintah
kepada kita,
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Rabbku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Munafiqun: 10)
4. Penyesalan orang kafir kenapa dahulu tidak beramal shaleh Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,
“(Demikianlah keadaan
orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari
mereka, dia berkata, “Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat
berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sesungguhnya
itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh
sampai pada hari mereka dibangkitkan.” (Al Mukminun: 99-100)
Dikutip dari ceramah Ustadz
Azzam ad-Dasuqi, SPd.I, dijelaskan bahwa, kematian itu pasti. Mengingat mati
adalah salah satu jalan pembuka kebaikan-kebaikan. Tapi mungkin saat ini dunia
lebih menarik dan memesona, sehingga kita dibuat lalai darinya. Padahal, dengan
banyak mengingat mati seseorang akan lebih serius mengusahakan kebaikan
nasibnya di kehidupan selanjutnya. "Dengannya, seseorang akan lebih termotivasi
untuk beramal ketaatan sebagai bekalnya. Dengannya pula, seseorang akan lebih
berhati-hati menjalani hari-hari selama hidup di dunia. Semua itu bermuara pada
keyakinan terhadap dua hal; kematian itu pasti menghampiri, dan alam akhirat
itu pasti ada,"ungkapnya. Jangan sampai, kita terlalu sibuk dengan
kehidupan dunia, antusias mengingat bahkan merayakan hari kelahiran, tapi lupa
dengan kematian dan hari akhir. "Itulah 4 angan-angan mayit yang perlu
kita renungkan bersama"ujarnya.
Angan-angan mayit ini, mengingatkan
akan hadis Nabi shalallahu alaihi wa sallam,
“Manfaatkan dengan baik lima perkara sebelum (datangnya) 5 perkara:
(1) Masa mudamu sebelum (datang) masa tua.
(2) Masa sehatmu, sebelum (datang) masa sakit.
(3) Masa mampumu sebelum datang masa fakir.
(4) Masa luangmu, sebelum datang masa sibuk.
(5) Masa hidupmu sebelum (datang) kematian.” (Az-Zuhdu wa ar-Raqa’iq, Ibnu al-Mubarak, bab at-Tahfidh ‘Ala Tha’atillah, No. 2)
Semoga bermanfaat, menjelang sore di Universitas Persada Indonesia Y.A.I