"Obat Penawar Penyakit Hati Kronis Menurut Syariat".
Dalam tubuh manusia,
memiliki dua unsur, jiwa dan raga . Keduanya membutuhan asupan, seperti raga
yang membutuhkan asupan makanan, minuman dan sebagainya, jiwa juga membutuhkan
santapan dan nutrisi. Hal ini dapat dipenuhi dengan melakukan amalan-amalan
hati sehingga mampu menjernihkan jiwa dan menyegarkan amal ibadah. Dari Ali
atau Khuzaifah radhiyallahu'anhuma, ia berkata : " Hati itu ada empat
macam. Hati yang bersih, di dalamnya terdapat cahaya yang bersinar, itulah hati
yang mukmin. Hati yang tertutup, itulah hati orang kafir. Hati yang terbalik,
itulah hati orang yang munafik. Hati yang didalamnya terdapat keduanya, satu
yang menariknya kepada iman, dan satu lagi selalu menariknya kepada kemunafikan,
mereka itulah orang-orang yang mencampur adukan amal saleh dengan perbuatan
buruk. Hati yang bersih dapat tumbuh dengan baik dan sempurna. Hati yang bersih
juga akan mengajak pemiliknya untuk selalu melaksanakan perbuatan yang baik.
Begitu pula sebaliknya. Hati yang kotor, hati yang dipenuhi noda-noda dosa dan
hawa nafsu akan selalu mengajak pemiliknya kepada perbuatan yang jelek. Sebab,
keputusan hati akan selalu diikuti dan dilaksanakan oleh raganya.
Karena hati yang kotor,
tentu saja akan menjadi penyakit. Dan tentang penyakit hati ini Allah telah
menyebutkan dalam ayat-ayatnya beserta penawarnya. Demikian pula oleh
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadisnya. Apa saja penyakit hati
ini? Allah Ta'ala berfirman :
Artinya
"Dalam hati mereka ada
penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta." (QS Al-Baqarah : 10) Kemudian firman Allah :
Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera
mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan
mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan
(kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu,
mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri
mereka." (QS Al-Maidah : 52) Ada pula firman Allah di surah QS At-Taubah :
14 -15:
"Perangilah mereka,
niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu
dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta
melegakan hati orang-orang yang beriman (14)..Dan menghilangkan panas hati
orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah
maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS at-Taubah 14-15) Sedangkan
penawarnya, ada dalam firman AllahTa'ala, beberapa di antaranya :
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman." (QS Yunus : 57) kemudian firman Allah di surah Al-Isra ayat 82 :
Dan Allah berfirman dalam
surah Fushilat ayat 44 :
"Dan jikalau Kami
jadikan Al-Qur'an itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka
mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut
Al-Qur'an) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah:
"Al Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan
orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al
Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang
dipanggil dari tempat yang jauh". (QS Fushilat : 44)
Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam bersabada : "Mengapa mereka tidak bertanya jika mereka
belum mengetahui, karena sesungguhnya obat kebodohan adalah bertanya."
Dari apa yang disebutkan Allah pada ayat-ayat di atas berupa penyakit hati dan
obatnya sama kedudukannya dengan apa yang disebutkan-Nya berupa kematian,
kehidupan, pendengaran, penglihatan, pemahaman, kebutaan, ketulian dan
kebisuannya. Kemudian maksud bertanya pada hadis Rasulullah di atas adalah
bertanya untuk mengetahui tentang penyakit hati. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
menjelaskan, bahwa penyakit tersebut ada dua macam: Pertama, rusaknya rasa.
Kedua, rusaknya gerak yang bersifat alami serta yang berhubungan dengannya
berupa keinginan. Kehilangan salah satu atau keduanya akan mengakibatkan
timbulnya penyakit dan penderitaan. Apabila keduanya sehat maka akan
menimbulkan kegembiraan dan kesenangan. Oleh sebab itu nikmat -secara umum-
yang diterima oleh manusia merupakan pemberian dari Allah yang pada akhirmya
akan dipertanyakan oleh Allah. Seperti dalam firman Allah :
Kemudian kamu pasti akan
ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia
itu). (QS. At-Takatsur: 8). Ayat ini, yaitu ditanya tentang apakah manusia itu
bersyukur atau tidak. Maka dari itu, penyebab dari rasa gembira adalah karena
adanya sesuatu yang menyenangkan, sedangkan penyebab dari penderitaan itu
adalah karena merasakan sesuatu yang kontradiksi. Kegembiraan dan penderitaan
bukanlah rasa atau sesuatu yang dapat dicapai tetapi keduanya merupakan hasil
dan akibat serta tujuan. Kegembiraan dan penderitaan bukanlah rasa atau sesuatu
yang dapat dicapai tetapi keduanya merupakan hasil dan akibat serta tujuan.
Kegembiraan dan penderitaan yang dialami oleh hati jauh lebih besar pengaruhnya
dari kegembiraan dan penderitaan yang dirasakan oleh tubuh. Maksudnya adalah
penderitaan dan kegembiraan secara psikologis jauh lebih berpengaruh
dibandingkan penderitaan yang dirasakan oleh fisik. Karena terkadang penyakit
hati dapat berupa syubhat dan keragu-raguan,: "Sehingga bangkit nafsu
orang yang ada penyakit dalam hatinya." (QS. Al-Ahzab: 32)
Sebagaimana ditulis oleh Al-Kharaaithi dalam
Kitab I'tilal AI-Quluub bi Al-Ahwaa' bahwa di dalam hati orang-orang munafik
terdapat penyakit dalam bentuk ini, yaitu rusaknya keyakinan đan kemauan.
Sedangkan orang yang terzalimi, di dalam hatinya terdapat penyakit yang timbul
disebabkan kezaliman orang lain terhadap dirinya, jika haknya terpenuhi maka
sembuh pulalah hatinya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
Sebagaimana ditulis oleh Al-Kharaaithi dalam Kitab I'tilal
AI-Quluub bi Al-Ahwaa' bahwa di dalam hati orang-orang munafik terdapat
penyakit dalam bentuk ini, yaitu rusaknya keyakinan đan kemauan. Sedangkan
orang yang terzalimi, di dalam hatinya terdapat penyakit yang timbul disebabkan
kezaliman orang lain terhadap dirinya, jika haknya terpenuhi maka sembuh
pulalah hatinya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Perangilah mereka,
niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu
dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta
melegakan hati orang-orang yang beriman (14)..Dan menghilangkan panas hati
orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah
maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS at-Taubah 14-15) Kondisi yang
sama jika seseorang tidak dapat mendengarkan dan berbicara, dan hal itu adalah
penyakit yang sangat menyengsarakannya karena dia kehilangan kenikmatan dan
justeru mendapatkan mudharat. Maka demikian pula ketika hatinya tak dapat
mendengar dan melihat mana yang hak dan mana yang batil, yang demikian itu
adalah penyakit yang jauh lebih berbahaya. Sebagaimana pula jika orang buta
dapat melihat dan merasakan kedamaian ketenangan dan kebahagian merupakan hal
yang sangat agung, maka pandangan hati dan penglihatannya terhadap hakikat
kebenaran , sangat jauh perbedaannya dengan penglihatan mata kepala yang tidak
ada yang dapat mengetahuinya kecuali Allah.
Firman Allah
Artinya:
"Maka jika mereka tidak
menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti
hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang
mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
(QS. Al-Qashash: 50)
Semoga bermanfaat menjelang sore di Universitas Persada Indonesia Y.A.I