"Jujur, Fondasi Utama Membentuk Karakter Baik Anak"
Jujur adalah kunci
kebahagiaan, karenanya jika ingin anak-anak kita berbahagia di kehidupannya,
maka menanamkan sikap jujur adalah kuncinya. Selain itu, sikap jujur menjadi
fondasi utama untuk membentuk semua karakter baik pada anak-anak. "Sebagai
orang tua tentu kita mengharapkan sikap jujur menjadi fondasi hidup sang anak.
Kejujuran akan menumbuhkan kepercayaan pada anak. Si anak percaya diri dan
dapat dipercaya. Karenanya penting menanamkan kejujuran dalam setiap pola asuh
dalam setiap pertumbuhan anak,"ungkap Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary, dalam
salah satu kajiannya di Kajian Sunnah Jakarta. Menurutnya, untuk menanamkan
sifat jujur pada anak-anak diperlukan usaha yang keras. Walaupun pada dasarnya
manusia itu suka kepada kejujuran, namun lingkungan , pergaulan,
pendidikan-pendidikan salah yang mereka terima, ini kadang-kadang mewarnai dan
mengubah fitrah itu. Maka perlu kita meletakkan dasar yang kuat di dalam
masalah ini. Apa saja dasarnya? Ustadz Abu Ihsan menjelaskan ada beberapa hal
yang harus dilakukan terutama berdasarkan tuntunan syariat. Antara lain, yakni;
Pertama,Islam menempatkan seorang anak itu juga manusia yang punya
hak-hak dalam muamalah , maka orang tua tidak dibenarkan menipu dan berbohong
kepada anak dengan cara dan alasan apapun. Anak jangan dibohongi, karena
membohongi anak merupakan salah satu kesalahan orang tua . Kedua, secara tidak
langsung mengajari anak untuk bohong. Ketika anak dibohongi, maka apa yang ada
di dalam benaknya yaitu bahwa bohong itu adalah satu perbuatan yang legal. Dia
lihat orang tuanya berbohong, maka yang terbetik di dalam hati mereka bahwa
bohong itu adalah sesuatu yang bukan masalah, bukan perkara besar, bukan
perkara yang serius. Maka bohong ini tidak boleh walaupun dalam konteks
bercanda. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamin bagian tengah surga bagi
yang berkata jujur walaupun bercanda. Dan Rasulullah mengatakan: “Aku juga
bercanda, tapi aku tidak mengatakan kecuali yang benar.” (HR. Thabrani)
"Dalam kondisi kita
bercanda saja itu tidak boleh bohong, apalagi perkara-perkara yang serius. Maka
perlu kita membiasakan dan menanamkan ini kepada anak-anak agar ini menjadi
suatu yang dipertegas pada fitrah mereka,"ungkap dai yang rutin menulis
ini. Peran dan Contoh Orang Tua Pada dasarnya manusia itu suka kepada
kejujuran, dia mencintai kejujuran dan dia mau jujur. Tapi kondisi-kondisi lain
sekitarnya untuk keluar dari fitrah itu. Dan fitrah jujur ini jangan sampai
rusak. Dan yang merusak kadang-kadang orang tua yang memperagakan kebohongan di
depan anak-anak mereka tanpa disadari oleh kedua orang tua. Maka Rasulullah
menegur seorang ibu yang memancing anaknya dengan satu janji ataupun dengan
satu perkataan yang itu ada unsur bohongnya atau bisa dia jatuh dalam
kebohongan di situ. Nabi berkata dalam sebuah hadis: “Barangsiapa berkata
kepada anak kecil ‘Kemarilah aku akan memberimu sesuatu’ namun dia tidak
memberikan apa-apa maka perbuatannya itu termasuk dusta.” (HR. Ahmad)
Termasuk dusta, dia telah berbohong kepada anak
itu, walaupun anak itu diam saja. Tapi jangan diartikan diamnya anak ini aman
dan tidak terpapar kebohongan. Itu dia simpan dalam hatinya, dalam pikirannya,
bahwa perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang legal. Dan dia mungkin tidak
paham itu adalah suatu kebohongan, lalu dia tiru itu dan dia tidak merasa
berbohong dengan perbuatan semacam itu. Dan ini mungkin terus terbawa sampai
dewasa. Banyak orang-orang dewasa yang berbohong dan dia merasa bohongnya
legal. Ini mungkin kebiasaan yang memang terbawa dari kecil. Orang-orang yang
dari kecilnya melihat kebohongan demi kebohongan itu seolah-olah biasa, maka
ketika dia dewasa dia meniru apa yang dia saksikan itu, dia merasa bohong itu
bukanlah sesuatu yang serius, bukan satu masalah. Seperti kita lihat sebagian
orang yang membohongi orang enak saja, tidak ada beban, merasa bukan suatu
kesalahan, bahkan walaupun kebohongannya terbongkar, tidak ada ekspresi
bersalah, menyesal, atau ingin bertaubat, bahkan dia mengulang-ulang
kebohongannya itu berkali-kali, bahkan sampai kepada kondisi yang serius, yaitu
kebohongan yang bisa merugikan pihak lain, yang namanya penipuan.
Penipuan itu sebenarnya kebohongan. Seseorang
tega menipu karena diawali dengan kebohongan yang dibangun sedikit demi
sedikit, akhirnya mengkristal menjadi kejahatan yang namanya penipuan. Maka ini
perlu kita asah dari kecil Sebagian anak yang memang dididik oleh orang tuanya
untuk jujur sehingga jujur itu menjadi sebuah kebiasaan, maka bohong itu adalah
suatu perkara yang sangat berat baginya, dan dia tidak bisa berbohong, kelu lidahnya
untuk berbohong. Sebagian anak ada yang seperti itu. Itu tentunya tarbiyah dari
orang tua dalam menanamkan kejujuran secara serius. Sebagian anak lagi terbiasa
berbohong, karena itu yang dia saksikan di rumahnya. Dia lihat ayahnya, ibunya,
kakak-kakaknya atau orang-orang yang ada di sekitarnya memperagakan itu semua,
maka dia pun akan menirunya.
Tips menanamkan kejujuran
pada anak :
1. Berikan pemahaman mengenai pentingnya
bersikap jujur
2. Jadilah contoh yang baik
3. Ajarkan kejujuran melalui
kisah-kisah orang lain
4. Jangan langsung beri
hukuman jika anak berbohong
5. Tanamkan pendidikan agama
6. Dorong anak-anak untuk
mencari teman yang jujur
7. Berikan pemahaman pada anak bahwa jujur itu nikmat
Semoga bermanfaat, menjelang sore di Universitas Persada Indonesia Y.A.I