"Syaban Itu Artinya Apa? Begini Pendapat Syaikh Abdul Aziz bin Baz".
Syaban itu artinya apa? Syaban berasal dari kata al-sya’b. Al-sya'b yang mempunyai arti berkumpul atau terkumpul atau tempat berkumpul serta keadaan berkumpul.
Syaikh
Abdul Aziz bin Baz dalam bukunya berjudul "Seputar Bulan Sya'ban"
menyebut dinamakan bulan Sya'ban karena bangsa arab pada bulan tersebut
berpencar untuk mencari air, atau karena ia muncul di antara bulan Rajab dan
Ramadan . Diriwayatkan dari ' Aisyah ra bahwa: Rasulullah SAW banyak berpuasa
(pada bulan sya'ban) sehingga kita mengatakan; beliau tidak pernah berbuka, dan
aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa di
bulan ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW banyak berpuasa
melebihi puasa di bulan Sya'ban (muttafaq 'alaih).
Ketika
Rasulullah SAW ditanya oleh Usamah bin Zaid ra kenapa beliau banyak berpuasa di
bulan Sya'ban beliau menjawab: "Karena bulan ini banyak dilalaikan oleh
manusia padahal pada bulan tersebut akan diangkat amalan-amalan seorang hamba
kepada Allah SWT, dan saya ingin amalanku diangkat dan saya sedang
berbuasa" (HR Abu Dawud dan An Nasai, lihat shahih targhib wat tarhib 425
dan shahih abu Dawud 2/461) Ibnu Rajab berkata: "Puasa di bulan Sya'ban
lebih utama daripada puasa di bulan-bulan haram, dan sebaik-baik amalan sunah
adalah yang dilakukan ketika dekat dengan bulan suci Ramadan baik sebelum
maupun sesudahnya, maka puasa pada bulan ini kedudukannya seperti sunnah-sunnah
rawatib sebelum atau sesudah fardhu dan berfungsi untuk melengkapi jika ada
kekurangan pada amalan fardhu tersebut. Demikian pula puasa sebelum dan sesudah
Ramadan memiliki keutamaan lebih dibanding puasa-puasa lain yang bersifat
mutlak atau umum. Oleh karena itu puasa yang dilakukan ketika sudah mendekati
Ramadan lebih utama dibanding puasa-puasa yang dilakukan jauh dari bulan suci
ini".
Syaikh
Abdul Aziz bin Baz mengatakan sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa bulan
Sya'ban ini banyak dilalaikan oleh manusia menunjukan akan dianjurkannya kita
untuk menggunakan waktu untuk ketaatan disaat manusia banyak melalaikannya,
sebagaimana kita dianjurkan untuk banyak berzikir di pasar di mana kebanyakan
orang di tempat tesebut lalai akan akhirat dan disibukkan dengan urusan
duniawi, di antara faidah yang bisa kita petik dari hal ini, di antaranya:
-
Ibadah pada waktu orang sedang lalai lebih membantu kita untuk berbuat ikhlas
karena kita mengamalkan sesuatu yang tidak diketahui oleh banyak orang, apalagi
puasa yang merupakan rahasia antara Allah dan hamba-Nya.
- Demikian juga beramal pada saat manusia lalai
terasa lebih berat dibanding jika kita melakukan amalan secara beramai-ramai.
Semoga bermanfaat, menjelang siang di Universitas Persada Indonesia Y.A.I